Sabtu, 26 April 2014

KARYA ILMIAH PEMANFAATAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI



KARYA ILMIAH

PEMANFAATAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI

Oleh: Laila Septiana Shabrina (4401412030)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu media hiburan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah komik, mungkin tak pernah kita sadari bahwa masa kecil kita tidak terlepas dari media visual yang satu ini. Kita dapat belajar banyak dalam komik yaitu belajar mambaca, memahami cerita dengan cara visualisasi dan mengenal warna.
Komik pun dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan karena komik dapat dirancang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini komik berfungsi sebagai penyampai pesan pembelajaran dengan media visual yang dikemas semenarik mungkin agar siswa atau peserta didik lebih tertarik untuk belajar.
Media pembelajaran adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, karena melalui medialah pesan pembelajaran dapat disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Untuk mewujudkan efektivitas dalam belajar dan mengajar maka harus memperhatikan bagaimana pesan pembelajaran tersebut dirancang agar siswa merasa tertarik untuk belajar.
Mata pelajaran Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang mempelajari seluk beluk makhluk hidup mulai dari molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, komunitas,  bioma, hewan, tumbuhan, protista serta gejala-gejala yang terjadi di bumi ini baik gejala benda ataupun gejala peristiwa. Siswa yang telah mengalami kegiatan pembelajaran mata pelajaran Biologi diharapkan mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik yang lebih baik dari sebelumnya pada bidang itu. Namun sering kali siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran Biologi. Mata pelajaran ini dianggap sulit, ruang lingkupnya luas, siswa cenderung merasa malas belajar Biologi karena mereka berpikir bahwa Biologi hanya berisi hafalan nama-nama ilmiah dan istilah ilmiah yang mereka rasa sulit untuk diingat oleh mereka. Siswa tidak rajin membaca buku Biologi pegangannya. Hal ini menjadi salah satu faktor besar mengapa siswa kurang bisa memahami beberapa materi konsep Biologi.
Untuk itulah diperlukan media yang menyenangkan dan mampu membangkitkan motivasi belajar pada siswa. Berdasarkan penjelasan diatas diperlukan adanya media alternatif pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Biologi. Media alternatif yang bisa mengatasi kejenuhan dan membangkitkan minat baca pada siswa salah satunya adalah komik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran Biologi?
2.      Bagaimana cara menyusun komik sebagai media pembelajaran Biologi?
3.      Apa Kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran?
4.      Bagaimana efesiensi komik sebagai media pembalajaran Biologi?
C.     Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui bagaiamana komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran Biologi.
2.      Mengetahui bagaimana komik dirancang sebagai media pembelajaran Biologi.
3.      Mengetahuii kelebihan dan kekurangan dari komik sebagai media pembelajaran.
4.      Mengetahui efesiensi komik sebagai media pembelajaran Biologi.
D.    Manfaat Penulisan
Karya ilmiah yang berjudul Pemanfaatan Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi mempunyai manfaat praktis dan teoritis. Secara praktis Karya ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa terhadap mata pelajaran Biologi dengan menggunakan media komik sebagai media pembelajaran. Secara teoritis karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para guru Biologi untuk menggunakan komik sebagai media alternatif dalam pembelajaran Biologi.








BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Media
Kata  media berasal dari bahasa latin medius  yang secara harfiah berarti tengah,perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar manusia , materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuann, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.  Secara lebih khusus, penngertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi  visual atau verbal (Azhar, 2009:3).
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut. AECT (Association of Edukation and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan  pesan atau innformasi. Di samping sebagai penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya (Azhar, 2009:3).
B.    Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. Untuk itu proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar-menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar pada pembelajar, atau sebaliknya.                    
C.    Pengertian Media Pembelajaran
       Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas (Sanaky, 2009:4).
D.     Tujuan Media Pembelajaran
a.    Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
b.   Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
c.    Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran.
d.   Membantu konsenterasi pembelajar dengan proses pembelajaran (Sanaky,2009:5).
E.      Fungsi Media Pembelajaran
a.    Fungsi atensi media pembelajaran merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran.
b.   Fungsi afektif media pembelajaran dapat terlihat tingkat kenikmatan siswa ketika belajar.
c.    Fungsi kognitif media pembelajaran terlihat darri temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang media pembelajaran memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam media pembelajaran.
d.   Fungsi kompensatoris media pembelajaran  berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan melalui media pembelajaran (Arsyad, 2009: 17).
F.       Manfaat Media Pembelajaran
1.      Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
3.      Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4.      Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya bahan yang mengutamakan mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapai juga aktivitas lain yang dilakukan  seperti, mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain (Sanaky,2009:5).
G.     Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran apabila dilihat dari sudut pandang yang luas, tidak hanya terbatas pada alat-alat audio, visual, audio-visual saja. Melainkan sampai pada kondisi pribadi pembelajar dan tingkah laku pengajar, maka media pembelajaran diklasifikasian sebagai berikut:
1.      Bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visusl (bahan-bahan cetakan dan bacaan).
2.      Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu:
a.       Media proyeksi (slide, flime, dan LCD).
b.      Media non-proyeksi (papan tulis, poster, papan temple, kartun, papan plnel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik).
c.       Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, peta, globe, dan alat peraga sederhana.
d.      Kumpulan benda-benda (material collections), yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perbankan, agama, kebudayaan, dan politik.
e.       Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar. Pengajar pemberi contoh perilakuatau suatu perbuatan. Misalnya, mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan dan kaki, gerakan badan, mimik, dan lain-lain. Media pembelajaran jenis ini sangat tergantung pada inisiatif dan kreasi pengajar dan “jenis media seperti ini, hanya dapat dilihat, dan ditirukan oleh pembelajar (Sanaky, 2009:38).
H.    Pengertian Komik
Secara bahasa komik yang berasal dari bahasa yunani adalah cerita bergambar berbentuk dua dimensi yang bercerita bermacam-macam bahkan hal yang dianggap mustahil untuk terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan sebagai gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Komik juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Komik memusatkan perhatian disekitar rakyat. Ceritanya mengenai diri pribadi sehingga pembaca dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dari perwatakan-perwatakan tokoh utamanya. Cerita di dalam komik ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembarang surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup, serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas.
Komik dicetak dan diterbitkan di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran,dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. Komik dapat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1.      Komik karikatur
      Komik karikatur biasanya hanya berupa satu tampilan saja, dimana di dalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan-tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran) dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya.
2.      Komik Strip
      Komik Strip (Strip comics) adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Komik Strip ditulis dan digambar oleh seorang kartunis, dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian atau mingguan) di surat kabar dan di internet. Biasanya terdiri dari 3 hingga 6 panel atau sekitarnya. Penyajian isi cerita juga dapat berupa humor/banyolan atau cerita yang serius dan menarik untuk disimak setiap periodenya hingga tamat.
3.    Buku Komik
      Rangkaian gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini sering disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada juga yang 48 halaman dan 64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Penggunaan Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi
Media pembelajaran komik merupakan salah satu contoh dari jenis media pembelajaran visual.  Komik merupakan buku bergambar yang biasanya berisi cerita khayal, dimana tokoh dalam komik adalah kartun. Oleh sebab itu anak-anak lebih senang membaca komik dari pada membaca buku pelajaran.
Menurut Hamalik (2002:117) periode masa remaja yaitu periode masa permulaan pubertas dengan kedewasaan yang secara kasar antara usia 14-25 tahun untuk laki-laki dan antara usia 12-21 tahun untuk anak perempuan. Pada masa tersebut memerlukan suatu media untuk membangkitkan minat, serta untuk memperluas minat baca. Sudjana (2002:69) menyatakan bahwa buku-buku komik maupun gambar dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan minat, mengembangkan pembendaharaan kata-kata, dan keterampilan membaca serta memperluas minat baca. Ketertarikan siswa terhadap komik dapat dijadikan guru sebagai dasar untuk merancang media pembelajaran yang menarik. Kerumitan bahan ajar yang akan disampaikan pada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media pembelajaran dalam bentuk komik.
Media pembelajaran dapat membantu guru menyampaikan materi kepada siswa. Media pembelajaran sendiri merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan, dari guru kapada siswa sehingga terjadi proses pembelajaran. Media pembelajaran biologi dalam bentuk komik diharapkan dapat menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar sehingga siswa berminat terhadap pelajaran biologi. Salah satu media pembelajaran yang dirasa mampu meningkatkan minat siswa adalah komik.
Komik merupakan media yang unik dengan menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Guru dapat menggunakan komik secara efektif dalam usaha untuk membangkitkan minat baca, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan keterampilan. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi di lapangan sendiri bahwa remaja usia sekolah menengah memang sangat menggemari komik.
Di dalam makalah  ini penulis menganjurkan untuk menggunakan media komik sebagai pembelajaran biologi karena biologi yang hampir semua materi berupa bacaan serta gambar-gambar dan bukan rumus-rumus seperti matematika ataupun fisika maka untuk memahami materi biologi memerlukan waktu yang lebih untuk membaca dan memahami materi.
Penerapan komik sebagai pembelajaran biologi merupakan salah satu contoh penerapan dari ilmu pengetahuan. Komik yang identik bertujuan untuk menghibur pembaca dapat dijadikan salah satu medi pembelajaran, akan tetapi untuk mendesain buku yang berupa komik ini diperlukan kreatifitas dari seorang guru. Seorang guru harus benar-benar memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pesan yang akan diajarkan melalui komik tersebut. Dengan adanya media komik sebagai sumber untuk belajar diharapkan akan mempermudah pebelajar dalam proses pembelajaran, khususnya dalam merealisasi konsep-konsep pelajaran yang bersifat abstrak apabila disajikan dalam bentuk teori saja dan perlu adanya penyajian konkrit, seperti konsep-konsep pada ilmu sains. Dalam hal inilah komik pembelajaran berperan besar dalam menyajikan konsep-konsep abstrak tersebut ke dalam contoh yang konkrit dalam ke hidupan sehari-hari. Itulah yang menjadi inti penerapan dari teknologi pendidikan, yaitu  untuk memecahkan permasalahan dalam proses belajar, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif, efisien, dan menarik.

B.     Penyusunan Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi
Dengan menciptakan media yang menarik bagi siswa, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran Biologi. Dalam pembuatan komik sains yang sesuai dengan target audience dan tujuan pembelajaran, terdapat beberapa variabel berikut yang patut  diperhatikan antara lain :
a)      Variabel Materi Pelajaran
1.         Hendaknya materi pelajaran yang akan dibuat komik mengikuti kurikulum yang berlaku agar target audience dapat segera menyesuaikan dengan pelajaran sekolahnya.
2.         Pembagian materi pelajaran pada setiap komik dapat bervariasi. Namun sebaiknya dibagi menurut bab bahasan untuk setiap komik karena setiap bab berbeda-beda pembahasannya, sehingga tidak tercampur.



b)      Variabel Komik
·         Struktur komik :
Pada sisi komik terdapat beberapa variabel yang patut diperhatikan untuk membuat komik sains yang sesuai antara lain:
1.      Paneling. Karena yang diutamakan adalah konten pendidikan, maka paneling yang digunakan hendaknya bukan yang rumit atau menggunakan banyak bentuk. Paneling komik sains biasanya sederhana. Penggunaan panel elaborate juga sering digunakan. Alur pada panel mengadaptasi yang umum digunakan.
2.      Penggunaan gaya gambar yang berbeda sesuai tujuan. Antara lain gaya kartun untuk penjelasan proses, ilustrasi untuk menjelaskan struktur dan fotografi untuk menegaskan dan memperjelas contoh.
3.      Penciptaan karakter sesuai target audience. Untuk komik sains Biologi yang target audiencenya anak dan remaja, maka gaya kartun yang paling cocok karena dapat berbaur dengan anak-anak dan tidak terlihat aneh. Juga memberikan atribut sifat (psikologis) dan fisik yang mendekati kegemaran dan kebiasaan target audience. Sikap tubuh dan ekspresi dan penggunaan simbol-simbol yang mewakili sifat dari karakter juga sangat penting agar karakter semakin terasa hidup. Semakin dekat kemiripan semakin membaur pula karakter, karena target audience melihat kesamaan dirinya pada karakter.
4.      Penggambaran citra pada latar yang realistis untuk membuat karakter menghayati lokasi yang membuat target audience larut dalam cerita. Dalam membangun setting lokasi pada komik sains Biologi ini, digunakan lokasi yang dekat dengan kehidupan target audience.
5.      Gunakan transisi antar panel sesuai tujuan. Dalam komik sains Biologi, transisi yang digunakan adalah transisi subyek-subyek dan aksi ke aksi karena dinilai paling efektif namun tetap menjaga jalan cerita. Transisi yang bertujuan memainkan emosi pembaca seperti halnya komik fiksi bukan menjad hal yang utama, namun tetap digunakan agar tidak hilang keseruannya.
6.      Penggunaan intensitas dan sudut pandang yang beragam dapat digunakan saat tidak menjelaskan materi. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan variasi dan meningkatkan keseruan.
7.      Komik pendidikan sebaiknya berwarna karena elemen warna dapat memenuhi kebutuhan anak dan berimajinasi dan membayangkan bagaimana rupa yang sebenarnya.
8.      Adanya kuis yang berupa permainan untuk memberi tes pada target audience untuk menguji pemahamannya. Kuis dibuat dalam bentuk permainan agar anak merasa senang saat mengerjakannya.
·         Penceritaan :
1.      Cerita yang diadaptasikan yang sesuai dengan kesukaan target audience. Pada komik sains Biologi ini mengadaptasi cerita petualangan yang disesuaikan dengan tema materi bahasan seperti materi tentang tumbuhan.
2.      Plot yang digunakan pada komik pendidikan sebaiknya plot maju / progresif agar pembaca tidak bingung. Hal ini sesuai dengan materi pelajaran yang mengadaptasi sistem progresif  untuk meningkatkan kemampuan siswa yaitu pembahasan dari yang mudah ke yang sulit. Plot mundur bisa digunakan di awal cerita, namun hendaknya tidak digunakan pada saat menerangkan materi bahasan.
3.      Dalam bercerita usahakan menciptakan penokohan yang beragam sifatnya agar cerita dapat terus mengalir alami. Dalam perancangan komik sains Biologi ini cerita petualangan diberi tantangan sehingga semakin seru dan dengan penokohan yang beragam seperti ada yang protagonis dan antagonis.
Dalam komik sains, posisi penokohan protagonis biasanya menjadi tokoh utama yang membawa sifat-sifat positif dan layak menjadi panutan antara lain seperti baik hati, tidak sombong, semangat dan gigih, pantang menyerah, rajin belajar dan sebagainya.
Setelah memperhatikan tahapan penerapan komik sebagai media pembelajaran maka penerapan dari komik tersebut kepada siswa adalah dengan menerangkan materi melalui komik, akan lebih baik ketika menerangkan materi tersebut setiap siswa mempunyai buku masing-masing sehingga mereka dapat lebih mudah untuk memahami materi tersebut. Selain itu siswa juga akan lebih tertarik untuk membaca materi tersebut karena mereka mempunyai rasa penasaran tentang akhir cerita tersebut.
Komik sains Biologi mempunyai bermacam-macam tema. Harapannya Biologi bisa berkembang pada tema-tema berikutnya sehingga dapat meningkatkan minat baca anak terhadap Biologi dan menambah wawasan. Komik sains Biologi yang menyesuaikan dengan kurikulum pendidikan di Indonesia misalnya untuk kelas 7 dapat dikembangkan dengan berbagai macam tema diantaranya sebagai berikut :
a)      “Pengamatan Gejala Alam” yang membahas tentang pengamatan pada alam dan obyeknya, cara kerja dengan peralatan mikroskop sebagai bagian dari pengamatan alam serta keselamatan kerja agar kegiatan pengamatan sesuai dengan keinginan dan lancar.
b)      “Makhluk Hidup dan Ciri-cirinya” yang akan menjelaskan tentang berbagai  ciri-ciri makhluk hidup, perbedaan mahkluk hidup antara hewan dan tumbuhan.
c)      “Klasifikasi Makhluk Hidup” yang akan membahas tentang penggolongan- penggolongan makhluk hidup dalam beberapa kelompok sesuai dengan ciri-ciri khususnya yang kadang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mengelompokkan sesuai jenis pemberian nama ilmiah dan kunci determinasi untuk mengelompokkan makhluk hidup sesuai denganpengamatan pada cirri-cirinya.
d)     “Keanekaragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan” seri ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan tentang  sel, jaringan dan organ yang terdapat pada makhluk hidup .
e)      “Ekosistem” yang akan membahas tentang mengenai pengertian ekosistem, alur dan hubungan saling ketergantungan serta pola interaksi organisme didalam ekosistem tersebut. 
f)       “Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya” yang akan mengangkat tentang keanekaragaman makhluk hidup yang terdiri dari berbagai jenis dan peranan manusia untuk menjaga keanekaragaman tersebut.
g)      “Kepadatan Populasi dan Lingkungannya” yang akan mengangkat tentang pengertian kepadatan populasi dn pengaruhnya terhadap lingkungan.
h)      “Pencemaran Lingkungan” yang akan mengangkat tentang Keadaan lingkungan yang tercemar, jenis dan macamnya,  menerangkan tentang kerugiannya serta mengetasi pencemaran.
Dengan semakin banyaknya komik sains Biologi yang beredar diharapakan siswa dapat lebih senang membaca Biologi dan dapat menambah wawasan tentunya sesuai dengan kesenangan mereka.

C.     Kelebihan dan Kekurangan Komik sebagai Media Pembelajaran
Pro dan kontra mengenai komik sudah berlangsung bertahun-tahun. Bagi penggemarnya, komik merupakan hiburan yang sangat menyegarkan. Banyak pula yang menganggapnya sebagai media pembelajaran yang sangat menarik. Namun bagi penentangnya, komik dianggap sebagai buku haram yang tidak berharga. Bagi mereka, komik hanya menjadi penghancur imajinasi. Masing-masing kubu memang memiliki argumen tersendiri tentang hal ini. Tidak ada salahnya bila kita melihat seperti apa nilai-nilai yang diperjuangkan dan ditentang oleh setiap kubu. Disini Penulis tidak hanya menuliskan kelebihan dan kelemahan komik sebagai media pembelajaran dalam ruang lingkup mata pelajaran Biologi, akan tetapi kelebihan dan kelemahan komik sebagai media pembelajaran secara global. Adapun kelebihan dan kelemahan komik sebagai berikut :
1. Kelebihan dari Komik sebagai Media Pembelajaran
Komik merupakan media pembelajaran yang sangat potensial. Aspek visual merupakan salah satu yang ditawarkan oleh komik. Kebanyakan orang merupakan pebelajar visual yang mengasosiasikan kepingan informasi dengan imaji tertentu (Ascott 2006). Jadi, komik dapat dipakai untuk menolong khususnya anak-anak dalam pembelajaran pada hampir seluruh topik. Tanpa bermaksud melakukan propaganda, baiklah kita mulai melihat hal-hal positif yang ditawarkan oleh komik. Kelebihan tersebut adalah :
a)      Memotivasi
Hutchinson (1949) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi", (sedangkan 79% mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu". Satu guru bahkan mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah" (Hutchinson, 1949). DC Comics, Thorndike, dan Downes juga menemukan bahwa komik juga mampu memotivasi siswa ketika mereka memperkenalkan buku latihan bahasa Superman ke kelasnya. Mereka menemukan bahwa siswa memiliki “ketertarikan yang tak biasa” dan, sebagaimana ditulis’ “mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja” (Sones, 1944). Hasil eksperimen di atas menunjukkan kepada kita bahwa komik benar – benar mampu memotivasi siswa selama proses belajar mengajar.
b)      Visual
Komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media visual. Adalah Sones’ (1944) yang berkesimpulan bahwa kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas Sembilan kedalam dua kelompok. Masing-masing kelompok seimbang dalam pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita dengan menggunakan komik dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang kedua diberikan komik. Kemudian kedua grup dites lagi. Akhirnya, Sones (1944) berkesimpulan bahwa "pengaruh gambar terlihat dalam hasil tes". Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Dites kedua kelompok kedua mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama.
c)      Permanen
Menggunakan komik sebagai media pembelajaran jauh berbeda dengan menggunakan film atau animasi. Meskipun film dan animasi juga merupakan media visual, mereka hanya dapat dilihat tanpa bisa mengulanginya sekehendak kita. Komik, berbeda dengannya, merupakan media yang permanen. Sederhananya, jika siswa tidak memahami suatu adegan film atau animasi, mereka tidak bisa mengulanginya. Tapi dengan komik, mereka bisa mengulangi sesuka hati mereka.
d)     Perantara
Karl Koenke (1981) mengatakan bahwa komik bisa mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca atau yang memiliki kekhawatiran akan kesalahan. Komik bisa menjadi jembatan untuk membaca buku yang lebih serius. Haugaard (1973) mengatakan bahwa komik bisa mengubah siswanya yang tidak suka membaca menjadi siswa penyuka Jules Verne and Ray Bradbury.
e)      Populer
Kita bisa mengatakan bahwa siswa kita saat ini berada dalam budaya populer. Timothy Morrison, Gregory Bryan, and George Chilcoat (2002) mengatakan bahwa dengan memasukkan budaya populer kedalam kurikulum bisa menjembatani kesenjangan perasaan siswa ketika di dalam dan luar sekolah. Komik adalah bagian dari budaya populer. Kita tahu bahwa Spiderman and Batman adalah film yang diambil dari komik. Ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dialog-dialog yang terdapat dalam gelembung bicara tokoh-tokoh komik bisa digunakan untuk membantu siswa mengeksplorasi suatu tata bahasa Inggris. Dengan kelebihan-kelebihan komik, seperti yang disebutkan di atas, pembelajaran diharapkan lebih efektif sekaligus efisien. Untuk lebih menariknya, ada baiknya jika guru menggunakan komik yang terkenal dan berbahasa Inggris. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak setiap komik, meskipun berbahasa Inggris, bisa digunakan untuk media pembelajaran bahasa Inggris. Pilihlah komik yang menggunakan kalimat-kalimat sederhana dalam dialognya. Menurut penulis, komik Tin Tin dan Garfield bisa memenuhi kriteria ini.
f)       Mengenal konsep
Anda tentu tahu poster alfabet yang dilengkapi dengan gambar-gambar. Itu merupakan salah satu contoh pemanfaatan gambar untuk memperkenalkan suatu konsep tertentu, dalam hal ini alfabet.
g)      Belajar berhitung
Karakter karya Fujiko F. FujioDoraemon termasuk paling dicintai anak-anak. Beberapa tahun yang lalu, komik Doraemon edisi belajar berhitung juga diterbitkan. Komik-komik seperti ini tentu sangat bermanfaat dan menolong karena menghadirkan nuansa belajar yang menyenangkan bersama tokoh kesayangan.
h)      Mengenal lingkungan dan alam sekitar
Komik yang memperkenalkan lingkungan dan alam sekitar juga sangat bermanfaat bagi anak-anak. Anda tidak mungkin membawa anak-anak ke masa dinosaurus untuk memperkenalkan mereka kepada Tyranosaurus, misalnya. Anak-anak pun bisa diperkenalkan pada berbagai jenis tumbuhan dan hewan melalui komik.
i)        Membantu untuk memahami cerita
Alur cerita yang dituangkan dalam panel-panel gambar akan membantu mereka melihat jalan cerita. Ilustrasi-ilustrasi yang sesuai dalam sebuah komik jelas membantu anak-anak maupun mereka yang ingin menikmati sebuah cerita, namun belum lancar membaca.
j)        Mendorong minat baca
Komik juga membantu untuk membangkitkan minat baca anak-anak. Jaya Suprana (dalam Sofwan 2007) mengaku kalau minat bacanya tumbuh akibat membaca komik Mahabharata semasa kecilnya.
k)      Komik juga mengajarkan nilai-nilai moral
Sejumlah komik menghadirkan nilai-nilai moral yang penting dikenal oleh siapa saja. Sebut saja nilai persahabatan, kerja keras, kebersamaan, kegigihan dan semangat pantang menyerah. Perhatikanlah komik-komik Jepang saya sengaja mengangkat komik Jepang karena komik inilah yang saat ini merajai pasar banyak mengangkat nilai-nilai tersebut. Komik olah raga umumnya mengajarkan nilai kerja keras, kegigihan, dan semangat pantang menyerah.
l)        Komik merupakan sarana hiburan yang tidak memakan waktu
Untuk mengisi kejenuhan, komik bisa menjadi alternatif yang sangat cocok. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca komik tidak seperti ketika membaca novel. Sebab ada banyak yang dapat diringkas oleh komik, misalnya penggambaran ekspresi wajah dan penjelasan latar tempat.
2.  Kelemahan Komik sebagai Media Pembelajaran
Memang tidak semua isi komik memberikan pengajaran yang positif. Di balik nilai-nilai yang telah disebutkan di atas, komik pun memberikan dampak buruk yang perlu diwaspadai oleh para penggemarnya. Oleh karena itu, hal-hal berikut ini perlu diwaspadai.
a)      Komik membatasi bahkan memungkinkan penumpulan imajinasi
Terlalu banyak mengonsumsi komik pada bisa menumpulkan imajinasi pembaca. Perhatikanlah prosa, seperti novel atau cerpen yang banyak menggambarkan wajah tokoh tertentu dengan kata-kata daripada gambar. Pembaca diajak untuk membayangkan seperti apa wajah tokoh tersebut. Atau ketika penulis menggambarkan latar tempat. Aspek-aspek inilah yang dalam komik diterjemahkan dalam gambar dan membuat pembaca langsung menikmatinya, tanpa harus membayangkan penggambaran tersebut lewat pikirannya. Mula-mula, imajinasi hanya terbatas pada apa yang digambarkan. Namun akhirnya, imajinasi bisa tumpul. Misalnya, hanya bisa membayangkan latar tempat sebagaimana digambarkan pada komik atau hanya bisa menggambar tokoh-tokoh seperti yang digambarkan komikus terkait. Butir ini memang masih dapat diperdebatkan. Sebab banyak komikus ternama yang mengaku mendapat inspirasi dan meluaskan imajinasinya dari karya-karya komikus lain. Misalnya, Masashi Kishimoto penulis "Naruto" mengaku terinspirasi oleh "Dragon Ball"-nya Akira Toriyama.
b)         Tidak mampu menikmati dan mengapresiasi karya-karya sastra
Ketidakmampuan untuk menggunakan imajinasi akhirnya bisa membuat kita sulit menangkap penggambaran yang diberikan cerpen atau novel. Kalaupun dapat, pembayangan yang kita miliki mungkin hanya terpaku pada pengalaman kita pada latar lingkungan yang ditampilkan komik. Akhirnya, kita bisa kesulitan untuk merasakan keindahan kosakata yang dipakai penulis. Padahal apresiasi prosa menjadi bagian pelajaran bahasa Indonesia yang masih harus dijalani para siswa, minimal sampai tingkat SMA.
c)      Komik menimbulkan efek adiktif
Efek adiktif yang timbul bisa berupa keinginan untuk segera menikmati seri sambungan (umumnya karena penasaran) atau sekadar membaca lebih banyak komik lainnya. Efeknya, selain menghabiskan banyak dana untuk menyewa atau membeli edisi demi edisi, rasa penasaran juga bisa mendorong kita untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama komik.

D.    Efesiensi Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi
1.      Efektifitas Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi
Sumber belajar adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam memilih sumber belajar terdapat beberapa macam hal yang harus dipertimbangkan antara lain ekonomis yang bukan berarti harganya selalu harus rendah, bisa saja pengadaan sumber belajar itu cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya dalam jangka panjang terhitung murah, praktis dan sederhana yang artinya tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan sampingan yang sulit dan langka, atau tidak memerlukan pelayanan yang menggunakan keterampilan khusus yang rumit, mudah diperoleh, Bersifat fleksibel yang artinya bisa dimanfaatkan untuk pelbagai tujuan instruksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya kemajuan teknologi, nilai budaya, dan keinginan berbagai pemakai sumber belajar itu sendiri, komponen-komponennya sesuai dengan tujuan. Sering terjadi sumber belajar mempunyai tujuan yang sesuai, pesan yang dibawa juga cocok, tetapi keadaan fisik tidak terjangkau karena di luar kemampuan disebabkan oleh biaya yang tinggi dan banyak memakan waktu.
Berdasarkan sumber tersebut, dapat disimpulkan komik memiliki berbagai keunggulan dibanding dengan media lain seperti Animasi dan CD interaktif. Antara lain adalah biaya produksi yang murah, sifatnya yang fleksibel (dapat dibawa dan dilihat sewaktu-waktu), kekurangannya hanya pada kemampuan komik yang menampilkan gambar diam.  Sedangkan film dapat menyajikan gambar bergerak serta suara. CD Interaktif mempunyai kelebihan sebagai multimedia yang mampu menampilkan gambar diam, gambar bergerak serta suara. Namun kelemahan dari dua media tersebut adalah diperlukannya perangkat-perangkat untuk melihatnya. Serta memerlukan tempat tersendiri. Pada film diperlukan perangkat pendukung yaitu player, serta pada CD Interaktif diperlukan perangkat komputer. Sehingga kedua media tersebut tidak bisa dilihat sewaktu-waktu. Atas alasan biaya murah dan praktis serta cocok dengan psikologis anak yang memang menyukai komik, maka media komik dipilih.
Menurut pakar komik Indonesia Hikmat Darmawan, buku pelajaran akan lebih menarik dan mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk komik. Dengan belajar dari buku-buku ilmiah berbentuk komik, kegiatan belajar bagi anak pun terasa tak membosankan. Suasana yang nyaman tersebut akan membuat anak jadi lebih mudah memahami materi pelajaran yang mereka pelajari. Jika suasana nyaman terbangun maka akan dapat menyerap materi dengan mudah dan menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri. Editor  Bentara Kompas yang juga merupakan pengamat komik dari Indonesia, Nirwan Arsuka mengatakan, saat ini hampir semua pengetahuan ilmiah telah disajikan dalam bentuk komik. Buku pelajaran yang dalam bentuk komik mampu terbukti efektif di beberapa negara maju terutama yang menyadari dan memanfaatkan fungsi komik yang penuh gambar sehingga bisa digunakan sebagai media mempermudah materi pelajaran yang sulit dan abstrak. Seperti departemen pendidikan Jepang yang menerbitkan buku-buku komik pelajaran yang resmi digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar di sekolah selayaknya patut dicontoh oleh Indonesia yang memiliki banyak peminat komik.
2.      Bukti-Bukti Empiris Pemanfaatan Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan komik sebagai media pembelajaran Biologi telah dilaksanakan dalam 6 tahun terakhir ini (2005-2012). Penelitian-penelitian tersebut dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD), dan juga di Sekolah Menengah Atas (SMA) oleh para dosen Biologi, maupun para mahasiswa yang berkolaborasi dengan guru pengampu mata pelajaran biologi atau IPA di sekolah masing-masing.
Hasil-hasil penelitian yang dilakukan di SMA N 1 Bojong Pekalongan oleh Ary Nur Wahyuningsih (2011) yang menerapkan pembelajaran strategi PQ4R menggunakan media komik bergambar materi sistem saraf  manusia menunjukkan adanya peningkatan hasil tes dan keaktifan siswa apabila dibandingkan dengan sebelum menerapkan dengan media komik bergambar pada strategi PQ4R, perhitungan  gain score adalah  g = 0,44 (kriteria sedang). Dari perhitungan tersebut diketahui  gain score ujicoba kelas XI IPA 1: 0,44 termasuk kategori sedang, ini berarti rata-rata peningkatan hasil belajar tergolong sedang. Hasil ketuntasan peserta uji coba kelas besar sebanyak 36 peserta didik dari  40 anak memiliki nilai di atas 71. Hasil ini menunjukkan secara klasikal pembelajaran  menggunakan media komik bergambar ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan  ketuntasan klasikal lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa  selain media buku ajar dan  chart sistem saraf manusia  hasil pengembangan berupa media pembelajaran komik bergambar  materi system saraf manusia untuk pembelajaran yang menggunakan strategi PO4R dapat menumbuhkan  sikap positif siswa,  meningkatnya minat membaca, aktivitas,  dan  hasil  belajar siswa secara klasikal serta dapat mejadi media pembelajaran alternatif.
Penelitian lain dilakukan oleh Netty dkk. (2005) mengenai Pemberdayaan Media Komik Ilmu Pengetahuan Alam (Kolam). Jenis penelitian  yang  dilakukan  adalah  eksperimental  dengan  rancangan penelitian Randomized Control Only Design. Setelah dilaksankan tes hasil belajar di kelas V diperoleh nilai rata-rata        kelas eksperimen 21.7 dan kelas kontrol 17,25. Hasil ini kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji  homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata. Dari hasil tersebut didapatkan  t hitung  >t tabel ,   berarti  terdapat  perbedaan  antara  kelas  eksperimen dengan kelas kontrol. Sedangkan untuk  kelas VI untuk tes I diperoleh rata-rata kelas eksperimen 18,73 dan kelas kontrol 15,58, dan untuk tes II diperoleh nilai rata-rata  kelas  eksperimen  15.6  dan  kelas  kontrol  12,8.  Hasil  ini  kemudian dianalisis dengan uii normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata. Dari  hasil  didapatkan  t hitung  >t tabel .  Berarti  terdapat  perbedaan  antara  kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan   dengan   kelas   kontrol,   setelah   dilakukan   uji   statistik   dapat disimpulkan bahwa  pembelajaran menggunakan media KOLAM lebih baik dari pembelajaran biasa dan pembelajaran dengan menggunakan media KOLAM dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.





























BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Komik merupakan media yang unik dengan menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif dan menarik, dalam merealisasi konsep-konsep pelajaran yang bersifat abstrak ke dalam contoh yang konkrit dalam ke hidupan sehari-hari, oleh karena itu komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran Biologi sehingga menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran Biologi.
2.      Dalam pembuatan komik sains yang sesuai dengan target audience dan tujuan pembelajaran harus memperhatikan dua variable, yaitu variabel mata pelajaran dan variabel komik. Dalam variabel komik haru memperhatikan dua unsur penting yaitu struktur komik dan penceritaan. Tema yang dikembangkan harus  menyesuaikan dengan kurikulum pendidikan di Indonesia, khususnya untuk mata pelajaran Biologi.
3.      Kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran, yaitu:
Ø  Kelebihan dari komik sebagai media pembelajaran antaralain: memotivasi, disajikan dalam bentuk visual, bersifat permanen, sebagai perantara, sangat populer, mengenal konsep, membantu belajar berhitung, membantu mengenal lingkungan dan alam sekitar, membantu untuk memahami cerita, mendorong minat baca, komik juga mengajarkan nilai-nilai moral, dan komik merupakan sarana hiburan yang tidak memakan waktu.
Ø   Kelemahan komik sebagai media pembelajaran antaralain: komik membatasi bahkan memungkinkan penumpulan imajinasi, tidak mampu menikmati dan mengapresiasi karya-karya sastra, dan komik menimbulkan efek adiktif.
4.      Buku pelajaran dalam bentuk komik mampu terbukti efektif di beberapa negara maju terutama yang menyadari dan memanfaatkan fungsi komik yang penuh gambar sehingga bisa digunakan sebagai media mempermudah materi pelajaran yang sulit dan abstrak. Dengan beberapa bukti empiris yaitu penelitian-penelitian yang dilakukan di beberapa sekolah Indonesia terkait dengan pemanfaatan komik sebagai media pembelajaran baik mata pelajaran biologi atau IPA memberikan hasil yang menunjukan bahwa komik dapat meningkatkan presatasi belajar dan keaktifan siswa.
B.     Saran
Komik sebagai media pembelajaran terbukti cukup efektif untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Biologi. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis memberikan beberapa saran antaralain:
1.      Pemerintah diharapkan memperbanyak buku maupun modul pembelajaran Biologi dalam bentuk komik untuk menambah wawasan para pembacanya dengan tema yang disesuaikan dengan kurikulum pendidikan di Indonesia.
2.      Untuk guru mata pelajaran Biologi diharapkan mampu untuk memanfaatkan komik sebagai media pembelajaran biologi, dan mampu untuk membuat komik sains Biologi disesuaikan dengan materi yang ada secara kreatif, inovatif, dan imajinatif.
3.      Siswa diharapkan lebih meningkatkan minat bacanya melalui buku pembelajaran yang berupa komik, sehingga wawasan dan ilmu pengetahuannya semakin meningkat.
















DAFTAR PUSTAKA

Aliya, Nuzul. 2012. Komik sebagai Media Pembelajaran Biologi Materi Kingdom Animalia untuk Siswa SMP Kelas VII.  Makalah Bahasa Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Arjuna. 2011. Komik sebagai Media Pembelajaran. http://arjunabelajar.blogspot.com/2011/03/komik-sebagai-media-pembelajaran.html.  9 Desember 2013 (20:46).
BAB I Pendahuluan. digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-14077-3405100039-Chapter1.pdf. 9 Desember 2013 (20:15).
Lestari, dkk. 2009. Media Komik. Makalah Media Grafis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Netty, dkk. 2005. Pemberdayaan Media Komik Ilmu Pengetahuan Alam (Kolam) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA. Makalah Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP). Universitas Negeri Padang. Padang.

Sari, A. 2011. Pengembangan Media Komik dalam Pembelajaran Biologi Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia di SMP Kelas VIII. http://glameestoryofaizee.blogspot.com/2010/05/pengembangan-media-komik-dalam.html. 9 Desember 2013 (20:27).

Wahyuningsih, Ary. 2011. Pengembangan Media Komik Bergambar Materi Sistem Saraf untuk Pembelajaran yang Menggunakan Strategi PQ4R.  Jurnal PP 2(1): 102-110.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar